Saatnya Merevolusi Gerak Kemajuan Bangsa
Oleh : Syaiful Rahman
Jurusan Pendidikan Ekonomi Universitas Negeri Surabaya
Setiap
kali peringatan hari-hari penting, baik hari penting nasional maupun
internasional, berbagai acara yang digelar selalu berbentuk seremonial.
Peringatan Hari Kartini dimeriahkan dengan berbagai penampilan batik, lomba
ibu-ibu, dan kegiatan sejenis lainnya. Demikian pula yang terjadi pada
peringatan Hari Buku, 23 April 2015 ini. Bazar buku menjadi pilihan utama dalam
rangka memperingati hari penting dunia tersebut.
Namun
demikian, sebenarnya banyak hal yang, menurut hemat penulis, jauh lebih penting
untuk dilaksanakan daripada sekadar seremonial tersebut. Pihak-pihak penerbitan
telah banyak mengeluhkan tingkat produksi buku nasional yang sangat minim.
Sulitnya menemukan naskah yang berkualitas dan juga harga produksi yang tinggi
menjadi faktor penyebab keluhan itu.
Permasalahan
lain adalah minat baca masyarakat Indonesia yang sangat rendah. Isu ‘tragedi
nol buku’ yang digaungkan oleh Taufik Ismail berdasarkan hasil penelitiannya
pada tahun 2012 lalu semestinya perlu ditindaklanjuti oleh pemerintah. Berbagai
bentuk gerakan nyata dan massif perlu segera dilakukan untuk menyelesaikan
masalah ini.
Pemerintah
juga tidak bisa tinggal diam melihat kondisi masyarakat pedesaan yang sangat
kurang mendapatkan suplai buku. Tak dapat dimungkiri bila sekolah-sekolah di
pedesaan tidak memiliki buku yang memadai di perpustakaannya. Buku-buku lawas
yang ada diperpustakaan seringkali tak mampu memancing peserta didik untuk
gemar membaca. Ditambah lagi, pihak sekolah merasa malas untuk meminjamkan
buku-buku yang ada di perpustakaan kepada peserta didik.
Terkait
dengan itu juga, taman baca masyarakat tidak mampu menyentuh daerah-daerah
pedesaan. Taman baca masyarakat umumnya hanya ada di daerah perkotaan yang
sebenarnya masyarakatnya memiliki pendapatan memadai untuk membeli buku.
Berbeda dengan pedesaan yang memang memiliki pendapatan pas-pasan sehingga
untuk membeli buku harus berpikir berkali-kali lipat.
Sebagaimana
diketahui bahwa pemerintah telah mencanangkan untuk mengembangkan taman baca
masyarakat sebagai konsekuensi tidak memberlakukan wajib belajar 12 tahun.
Artinya, rencana pemerintah tersebut sudah selayaknya dilaksanakan mengingat
kondisi pendidikan Indonesia yang terus mengalami penurunan ini. Memberikan
pelayanan pendidikan yang maksimal kepada masyarakat semestinya menjadi
investasi utama masa depan jika memang berniat untuk memajukan bangsa ini.
Dari
berbagai uraian permasalahan tersebut di atas, maka dapatlah ditarik benang
merahnya oleh pemerintah untuk memperbaiki bangsa ini dengan memanfaatkan momen
peringatan Hari Buku Dunia. Beberapa langkah yang dapat diambil oleh pemerintah
antaral lain sebagai berikut:
Pertama, memberikan
subsidi bagi percetakan tertentu. Ini demi menalangi dan mendorong para penulis
untuk lebih produktif lagi dalam menghasilkan karya-karya berkualitas. Di
samping itu, juga untuk melindungi dan menampung karya-karya yang tidak
diterima oleh penerbit dengan alasan segmen pasar tulisan yang tidak marketable.
Business oriented penerbit
terhadap karya para penulis seringkali menjadi penyebab mundurnya produktivitas
penulis Indonesia. Belum lagi pembagian hasil antara penerbit dan penulis yang
sangat tidak imbang. Sehingga, sulit menemukan seseorang menjadikan penulis
sebagai profesi utama sebagaimana yang terjadi di negera-negara maju. Pekerjaan
penulis hanya dijadikan pekerjaan sampingan. Padahal melalui karya-karya
bermutu itulah kemajuan suatu bangsa akan sangat ditentukan.
Kedua, mendorong gemar
membaca. Ini memang kelihatan sepele sebab berbagai anggapan yang ada adalah
gemar membaca bukanlah kewajiban. Padahal dapat diketahui bahwa setiap negara
maju selalu didorong oleh tingkat minat baca warga negaranya yang juga maju.
Oleh karena itu, pemerintah perlu melakukan strategi-strategi khusus untuk
mewajibkan warganya membaca.
Turunnya
angka buta huruf bangsa Indonesia tentu tidak akan memberikan pengaruh yang
besar apabila masyarakatnya tetap tidak gemar membaca. Sebab, bagaimanapun
tujuan utama dari upaya penurunan angka buta huruf adalah agar masyarakat bisa
membaca.
Ketiga, membangun
taman baca masyarakat di pedesaan. Ini dimaksudkan untuk memotivasi masyarakat
gemar membaca. Harga buku yang cukup mahal, sulitnya menemukan toko buku di
pedesaan, dan pendapatan yang rendah menjadi landasan utama dalam program ini.
Harapannya, masyarakat akan termotivasi untuk gemar membaca ketika buku sudah
didekatkan dengan peminjaman gratis.
Peringatan
Hari Buku Dunia ini memang akan menjadi momen yang tepat bagi seluruh bangsa
Indonesia untuk menginstrospeksi diri terkait dunia pendidikan Indonesia.
Kemerosotan pendidikan dan moral telah menjadi bumerang terhadap kemajuan
bangsa ini. Baik pendidikan maupun moralitas sangat erat kaitannya dengan minat
baca masyarakat. Sebab keduanya merupakan salah satu akibat dari tidak adanya
suplai pengetahuan atau ilmu dari bacaan terhadap dirinya.
Oleh
karena itu, sudah waktunya bagi pemerintah untuk memberikan perhatian khusus
terkait berbagai permasalahan telah diutarakan di atas. Kebijakan pemerintah
akan menjadi salah satu penentu utama kemajuan bangsa. Peringatan Hari Buku
Dunia tidak harus selalu berbentuk seremonial, namun perlu ada aksi nyata dari
seluruh lapisan, mulai dari pemerintah hingga masyarakat kecil. Saatnya
merevolusi gerak kemajuan bangsa Indonesia. Wallahu
a’lam.
Surabaya,
23 April 2015
0 komentar:
Posting Komentar