Menghalalkan Segala
Cara Untuk Mendapatkan Nilai Bagus
Oleh : Aisah Farah Aini
Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi Univesitas Negeri Surabayya
Pendidikan adalah salah satu usaha untuk
mendewasakan seseorang. Namun kenyataannya, kedewasaan seseorang tidak dapat
diukur dari nilai-nilai mata pelajaran yang di tuangkan dalam selembar ijazah
atau transkrip nilai dari sekolah-sekolah formal. Dan kenyataannya lagi, di
Indonesia, nilai-nilai tersebut masih di pandang sebagai tolak ukur keberhasilan
sebuah pendidikan.
Hanya ada dua macam siswa di kelas, yang pintar
dan yang bodoh. Seorang yang berhasil menjawab pertanyaan yang di berikan oleh
gurunya akan terlihat sebagai seorang yang pintar. Namun, ketika suatu saat dia
tidak dapat menjawab pertanyaan lain maka dia akan terlihat sebagai seorang
yang bodoh. Sebenarnya pintar dan bodoh adalah yang tau dan yang belum tau
tentang suatu hal yang ditanyakan oleh gurunya. Pendidikan yang sebenarnya dari
penilaian pintar dan bodoh hanyalah sebagai kontrol sikap. Terlihat bodoh akan
membuat seseorang tidak sombong ketika suatu saat dia terlihat pintar, dan
sebaliknya, terlihat pintar akan membuat dia tetap optimis dan tidak rendah
diri saat suatu saat dia terlihat bodoh. Jadi, bukankah kontrol sikap adalah
sesuatu yang tidah dihitung dengan angka maupun huruf, dan jika memang harus di-angka-kan seharusnya itu adalah hasil
penerapannya di dunia nyata? Anak tersebut menjadi lebih tau dan dewasa atau
tidak setelah terjadi pembelajaran di kelas?
Perlu diingat kembali jika hasil yang ingin
dicapai oleh proses pendidikan adalah kedewasaan. Buktinya, banyak orang yang
bekerja tidak sesuai dengan program studi atau jurusan yang dia pelajari di
perguruan tinggi atau disekolah menengahnya. Saya yakin hal ini bukan hanya
karena mereka tidak pandai dan tidak beruntung karna sekolah dan pekerjaannya
tidak relevan. Menurut saya ini adalah salah satu bentuk kedewasaan yang mereka
capai dari proses pendidikannya. Mengapa demikian? Karena pendidikan itu
mendewasakan, dan karna kedewasaan ini,maka mereka mampu bekerja dan siap
bekerja menjadi apa saja.
Inilah pendidikan yang sebenarnya, tidak hanya
yang dinilai, namun juga yang membuat kita menjadi lebih baik dan mampu
menghadapi apa yang akan terjadi di masa depan. Sayangnya, sebagian besar orang
masih menganggap yang terpenting adalah nilai. Buktinya, banyak kecurangan
dalam ujian hanya untuk mendapatkan nilai bagus, bukan hanya ujian nasional,
ujian sekolah, ujian praktek, ujian akhir semester, ujian tengah semester,
ulangan harian, tugas sekolah dan pekerjaan rumahpun kecurangan masih terjadi.
Menurut saya kecurangan terjadi bukan hanya karena ujian tersebut menentukan
kelulusan, namun karena pemikiran bahwa yang terpenting dari proses pendidikan
adalah nilai.
Semua tergantung kita, mau dibagaimanakan
pendidikan di Indonesia ini? Apa tetap akan berpacu pada nilai, yang akhirnya
akan membuat anak-anak didik kita terbiasa menghalalkan segala cara untuk
mendapat nilai bagus, lalu ketika bekerja nanti mereka akan terus-menerus
menghalalkan cara seperti korupsi, merampas, dan menipu demi mendapat apa yang
diinginkan? Mungkinkah ini salah satu penyebab meningkatnya korupsi? Saya rasa
bukan ini hakikat dari pendidikan yang sebenarnya. Semua tergantung kita, mau
berubah menjadi lebih baik atau hanya bersembunyi di balik keseragaman. Mau
menjadikan penerus bangsa kita sebagai orang-orang yang dewasa dan berkarakter
baik atau yang bermental korup.
0 komentar:
Posting Komentar