FAKTOR
PENGHAMBAT DAN TINGKAT KEBODOHAN
oleh : Ayu Suarsini
Jurusan Pendidikan Ekonomi Universitas Pendidikan Ganesha
Pendidikan hal yang sudah wajar untuk
dilakukan oleh anak-anak jaman sekarang untuk mengurangi rasa malu dan kebodohan.
Tetapi orang-orang yang di desa pun kini lebih memilih untuk bersekolah di
perkotaan karena kualitas pendidiknya diketahui sangat bagus dibandingkan di
desa. Hal ini kadang disalah gunakan oleh kaum wanita maupun kaum lelaki. Karena alasan untuk bersekolah di
kota dan meninggalkan desa tempat kelahirannya. Kebanyakan hal seperti ini dimanfaatkan
untuk berbuat negatif. Seperti informasi yang saya dapatkan seorang wanita saat
di semester pertama sudah hamil. Dan karena tak bisa mengikuti perkuliahan dengan
kondisi hamil maka dirinya memutuskan untuk berhenti dan memilih untuk membina rumah
tangga, dengan umur yang belum pantas untuk berumah tangga. Dan seketika keluarga
yang di desa tak mengetahui apa yang dilakukan selama ini oleh anaknya selama merantau.
Dan tak hanya itus aja, informasi yang saya dapat pula seorang wanita yang
masih berada di jenjang Sekolah Menengah Pertama di kelas 3 pun harus berhenti sekolah
karena dirinya sudah hamil. Itupun yang dinikahinya sama-sama kelas 3 jenjang
SMP. Jika sudah seperti itu kondisinya maka
masalah pun akan terjadi sangat banyak,
karena masa-masa umur seperti itu seharusnya berada di masa-masa pembelajaran atau
memperoleh pendidikan yang kelak akan mengubah masa depannya lebih baik. Tetapi jika kejadian yang seperti itu dialami maka kebodohanlah
yang akan dirasakan.
Pengawasan orang tua memang menjadi prioritas
untuk mengantarkan anaknya kearah positif
dan dengan memberikan nasehat bahwa hal-hal yang tak baik harus dijauhkan karena
belum pantas untuk dilakukan. Hal-hal
negative tersebut memang rentan bagi remaja dan sangat membuat rugi diri
sendiri. Dan dengan berhenti bersekolah, pendidikan yang semestinya didapatkan menjadi
terhambat. Kualitasnya untuk berkerja pun menjadi kurang. Jika dibandingkan orang-orang kaya,
pendidikan bisa saja tak didapatkan tetapi
ijazahnya dapat dibeli dengan mudah. Pendidikan di Indonesia memang seperti ini
apapun bisa didapat kan jika memiliki uang yang berlimpah dan seakan-akan dirinya
tamat dengan jenjang tinggi atau perguruan tinggi yang sebenarnya ijazah yang
didapatkan melalui pembelian buka nmenempuhnya dengan susah payah. Inilah cirri
masyarakat Indonesia yang malas untuk berfikir, yang semuanya bisa dilakukan dengan
mudah dan tidak berfikir panjang untuk melakukan
suatu hal jika dapat dilakukan secara instan.
0 komentar:
Posting Komentar