Sabtu, 02 Mei 2015

Membangun Budaya Literasi, Metode Review Ending



Membangun Budaya Literasi, Metode Review Ending
Oleh : Syaiful Rahman
Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya
 
Membangun atau memulai memang tidak mudah. Begitu juga dengan membangun budaya literasi. Banyak hambatan dan rintangan yang membuat upaya gugur di tengah jalan. Sudah banyak metode yang dilakukan oleh pegiat literasi demi tercapainya budaya literasi. Kemarin, saya sempat mengunggah gaya atau metode yang digunakan di Pondok Pesantren Guluk-Guluk. Saya unggah tulisan tersebut di kompasiana.com. Belakangan saya juga sempat membaca metode yang digunakan oleh para pegiat literasi dengan cara memberikan waktu kepada para siswa untuk membaca selama 5-10 menit sebelum memulai jam pelajaran.
Tanpa harus mengkritik metode-metode yang telah digunakan oleh para senior, tampaknya ada sebuah metode yang juga patut dipertimbangkan. Mungkin metode ini juga pernah digunakan tapi saya belum pernah membaca pihak mana yang menggunakan metode ini. Saya memberikan nama Review Ending terhadap metode ini.
Metode ini merupakan metode top down. Artinya, guru atau dosen yang menginstruksikan kepada siswa atau mahasiswanya. Namun, yang jelas, metode ini membutuhkan sinergi dari semua pihak demi mencapai tujuan yang optimal. Bagian kurikulum dari lembaga pendidikan bersangkutan harus memberi dukungan penuh kepada program pelaksanaan metode ini.
Teknis metode ini sangat sederhana. Setiap guru/dosen harus menginstruksikan kepada seluruh siswa/mahasiswanya me-review pelajaran yang telah diikuti pada saat itu. Guru/dosen harus meluangkan 15-20 menit waktu jam pelajarannya guna memberikan bagi siswa/mahasiswa untuk me-review dalam bentuk tulisan. Saya tidak mengatakan setiap satu jam mata pelajaran tapi setiap tatap muka.
Mulanya, seperti biasa, guru/dosen menerangkan mata pelajaran. Di akhir pelaksanaan proses pembelajaran, siswa/mahasiswa diminta untuk me-review pelajaran yang telah diikuti. Siswa/mahasiswa diberi waktu 15-20 menit untuk menuliskan semua yang ditangkap dan dipahami selama proses pembelajaran. Bahkan, barangkali siswa/mahasiswa juga diperbolehkan untuk memberikan kritik terhadap teori-teori yang dibahas dalam pelajaran yang diikuti tersebut. Panjang tulisan bisa dibuat sedemikian rupa, misalnya, minimal lima paragraf.
Metode ini, sedikitnya akan memberikan empat manfaat penting dalam proses belajar mengajar. Pertama, sebagai tujuan awal, metode ini akan memaksa siswa/mahasiswa untuk bisa menulis. Sehingga, jika dalam satu hari ada dua kali tatap muka, maka siswa/mahasiswa dalam satu hari telah menulis sebanyak dua tulisan. Bahkan, jika mau, di akhir semester, tulisan-tulisan tersebut dapat dikompilasikan menjadi sebuah buku.
Kedua, dengan metode ini, siswa/mahasiswa akan dipaksa untuk benar-benar memperhatikan guru/dosen yang sedang menerangkan. Hal ini tentu yang diharapkan oleh setiap pengajar. Jika siswa/dosen yang sedang menerangkan sudah tidak diperhatikan tentu proses belajar mengajar tidak akan memberikan manfaat. Sebab ada tugas me-review ini nantinya akan memaksa siswa/mahasiswa untuk memperhatikan setiap keterangan dan bertanya jika ada hal-hal yang belum dipahami. Sehingga proses belajar mengajar akan berjalan aktif dan kritis.
Ketiga, sebagai tolok ukur tingkat pemahaman siswa/mahasiswa terhadap materi yang telah disampaikan oleh guru/dosen. Guru/dosen dapat menilai sampai di mana pemahaman siswa/mahasiswa dengan cara melihat hasil review yang telah dituliskan sendiri. Selain itu, metode ini juga meningkatkan pemahaman dan ingatan siswa/mahasiswa terhadap materi yang telah disampaikan. Bagaimanapun, dengan penerapan metode ini berarti telah (sedikitnya) melakukan tiga komponen dasar dalam proses pembelajaran. Yakni, proses menyimak/mendengarkan, melihat/memperhatikan/membaca, dan terakhir menulis.
Keempat, dengan sendirinya akan mendorong siswa/mahasiswa untuk membaca, mencari referensi dari setiap mata pelajaran. Apalagi jika mahasiswa ingin memberikan kritik terhadap teori-teori yang diterangkan dosen, tentu saja siswa/mahasiswa harus memiliki dasar yang kuat. Kondisi membutuhkan yang tumbuh dalam diri siswa/mahasiswa inilah yang akan mendorong mereka untuk mencari.
Empat manfaat di atas merupakan manfaat kecil dari penggunaan metode review ending ini. Tentunya masih banyak manfaat-manfaat yang akan didapatkan oleh peserta didik. Misalnya, dengan terkumpulnya komplikasi tulisan tiap semester dan dijadikan buku akan memberikan dorong yang lebih kuat bagi siswa/mahasiswa untuk menulis lebih banyak lagi. Begitu juga dalam proses pembuatan skripsi, mahasiswa tidak akan mengalami kesulitan sebab sudah terbiasa menulis.
Adapun yang saya maksud membutuhkan sinergi dari seluruh pihak, khususnya dari pihak kurikulum adalah karena waktu yang dibutuhkan untuk me-review, sebab sebagai awal, sebanyak 15-20 menit. Tentunya, waktu ini akan memotong jam pelajaran yang biasanya tiap satu mata pelajaran dialokasikan waktu sebanyak 40 menit.
Selain itu, demi terjaganya proses belajar mengajar yang nyaman, dengan metode ini akan memaksa para guru/dosen untuk masuk kelas tepat waktu. Sebab, jika guru/dosen terlambat masuk kelas tentu alokasi waktu mengajar akan semakin sempit sehingga dikhawatirkan materi yang ada tidak tersampaikan semua.
Alhasil, melalui satu metode akan memberikan dampak yang cukup signifikan dalam sebuah lembaga pendidikan. Selain akan meningkatkan kemampuan keilmuan yang tumbuh di dalamnya juga akan meningkatkan budaya disiplin waktu, baik bagi siswa/mahasiswa itu sendiri maupun bagi guru/dosen. Jam karet mesti dihilangkan dari muka bumi Indonesia. Semoga bermanfaat!

Surabaya, 2 April 2015

0 komentar:

Posting Komentar