Membangun Budaya Literasi, Metode Review Ending
Oleh : Syaiful Rahman
Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya
Membangun
atau memulai memang tidak mudah. Begitu juga dengan membangun budaya literasi.
Banyak hambatan dan rintangan yang membuat upaya gugur di tengah jalan. Sudah
banyak metode yang dilakukan oleh pegiat literasi demi tercapainya budaya
literasi. Kemarin, saya sempat mengunggah gaya atau metode yang digunakan di
Pondok Pesantren Guluk-Guluk. Saya unggah tulisan tersebut di kompasiana.com.
Belakangan saya juga sempat membaca metode yang digunakan oleh para pegiat
literasi dengan cara memberikan waktu kepada para siswa untuk membaca selama
5-10 menit sebelum memulai jam pelajaran.
Tanpa
harus mengkritik metode-metode yang telah digunakan oleh para senior, tampaknya
ada sebuah metode yang juga patut dipertimbangkan. Mungkin metode ini juga
pernah digunakan tapi saya belum pernah membaca pihak mana yang menggunakan
metode ini. Saya memberikan nama Review
Ending terhadap metode ini.
Metode
ini merupakan metode top down. Artinya,
guru atau dosen yang menginstruksikan kepada siswa atau mahasiswanya. Namun,
yang jelas, metode ini membutuhkan sinergi dari semua pihak demi mencapai
tujuan yang optimal. Bagian kurikulum dari lembaga pendidikan bersangkutan
harus memberi dukungan penuh kepada program pelaksanaan metode ini.
Teknis
metode ini sangat sederhana. Setiap guru/dosen harus menginstruksikan kepada
seluruh siswa/mahasiswanya me-review pelajaran
yang telah diikuti pada saat itu. Guru/dosen harus meluangkan 15-20 menit waktu
jam pelajarannya guna memberikan bagi siswa/mahasiswa untuk me-review dalam bentuk tulisan. Saya tidak mengatakan setiap satu jam
mata pelajaran tapi setiap tatap muka.
Mulanya,
seperti biasa, guru/dosen menerangkan mata pelajaran. Di akhir pelaksanaan
proses pembelajaran, siswa/mahasiswa diminta untuk me-review pelajaran yang telah diikuti. Siswa/mahasiswa diberi waktu
15-20 menit untuk menuliskan semua yang ditangkap dan dipahami selama proses
pembelajaran. Bahkan, barangkali siswa/mahasiswa juga diperbolehkan untuk
memberikan kritik terhadap teori-teori yang dibahas dalam pelajaran yang diikuti
tersebut. Panjang tulisan bisa dibuat sedemikian rupa, misalnya, minimal lima
paragraf.
Metode
ini, sedikitnya akan memberikan empat manfaat penting dalam proses belajar
mengajar. Pertama, sebagai tujuan
awal, metode ini akan memaksa siswa/mahasiswa untuk bisa menulis. Sehingga,
jika dalam satu hari ada dua kali tatap muka, maka siswa/mahasiswa dalam satu
hari telah menulis sebanyak dua tulisan. Bahkan, jika mau, di akhir semester,
tulisan-tulisan tersebut dapat dikompilasikan menjadi sebuah buku.
Kedua, dengan metode
ini, siswa/mahasiswa akan dipaksa untuk benar-benar memperhatikan guru/dosen
yang sedang menerangkan. Hal ini tentu yang diharapkan oleh setiap pengajar.
Jika siswa/dosen yang sedang menerangkan sudah tidak diperhatikan tentu proses
belajar mengajar tidak akan memberikan manfaat. Sebab ada tugas me-review ini nantinya akan memaksa
siswa/mahasiswa untuk memperhatikan setiap keterangan dan bertanya jika ada
hal-hal yang belum dipahami. Sehingga proses belajar mengajar akan berjalan
aktif dan kritis.
Ketiga, sebagai
tolok ukur tingkat pemahaman siswa/mahasiswa terhadap materi yang telah
disampaikan oleh guru/dosen. Guru/dosen dapat menilai sampai di mana pemahaman
siswa/mahasiswa dengan cara melihat hasil review
yang telah dituliskan sendiri. Selain itu, metode ini juga meningkatkan
pemahaman dan ingatan siswa/mahasiswa terhadap materi yang telah disampaikan. Bagaimanapun,
dengan penerapan metode ini berarti telah (sedikitnya) melakukan tiga komponen
dasar dalam proses pembelajaran. Yakni, proses menyimak/mendengarkan,
melihat/memperhatikan/membaca, dan terakhir menulis.
Keempat, dengan
sendirinya akan mendorong siswa/mahasiswa untuk membaca, mencari referensi dari
setiap mata pelajaran. Apalagi jika mahasiswa ingin memberikan kritik terhadap
teori-teori yang diterangkan dosen, tentu saja siswa/mahasiswa harus memiliki
dasar yang kuat. Kondisi membutuhkan yang tumbuh dalam diri siswa/mahasiswa
inilah yang akan mendorong mereka untuk mencari.
Empat
manfaat di atas merupakan manfaat kecil dari penggunaan metode review ending ini. Tentunya masih banyak
manfaat-manfaat yang akan didapatkan oleh peserta didik. Misalnya, dengan
terkumpulnya komplikasi tulisan tiap semester dan dijadikan buku akan
memberikan dorong yang lebih kuat bagi siswa/mahasiswa untuk menulis lebih
banyak lagi. Begitu juga dalam proses pembuatan skripsi, mahasiswa tidak akan
mengalami kesulitan sebab sudah terbiasa menulis.
Adapun
yang saya maksud membutuhkan sinergi dari seluruh pihak, khususnya dari pihak
kurikulum adalah karena waktu yang dibutuhkan untuk me-review, sebab sebagai awal, sebanyak 15-20 menit. Tentunya, waktu
ini akan memotong jam pelajaran yang biasanya tiap satu mata pelajaran
dialokasikan waktu sebanyak 40 menit.
Selain
itu, demi terjaganya proses belajar mengajar yang nyaman, dengan metode ini
akan memaksa para guru/dosen untuk masuk kelas tepat waktu. Sebab, jika
guru/dosen terlambat masuk kelas tentu alokasi waktu mengajar akan semakin
sempit sehingga dikhawatirkan materi yang ada tidak tersampaikan semua.
Alhasil,
melalui satu metode akan memberikan dampak yang cukup signifikan dalam sebuah
lembaga pendidikan. Selain akan meningkatkan kemampuan keilmuan yang tumbuh di
dalamnya juga akan meningkatkan budaya disiplin waktu, baik bagi
siswa/mahasiswa itu sendiri maupun bagi guru/dosen. Jam karet mesti dihilangkan
dari muka bumi Indonesia. Semoga bermanfaat!
Surabaya,
2 April 2015
0 komentar:
Posting Komentar