Sabtu, 02 Mei 2015

Perbedaan di Dunia Pendidikan



PERBEDAAN DI DUNIA PENDIDIKAN
Oleh : SITI JAWANIROTUL MAKMUNAH
Jurusan Pendidikan Ekonomi Universitas Pendidikan Ganesha 

Pendidikan adalah pembelajaran untuk menambah pengetahuan dan mengembangkan keterampilan melalui pengajaran, pelatihan dan penelitian. Sedangkan pendidikan Indonesia adalah segala bentuk pendidikan yang ada di Indonesia, mulai dari PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah, Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah, Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah, sampai Perguruan Tinggi (UN, US, UIN, IAIN dan STAIN). Warga negara Indonesia diwajibkan untuk menempuh wajib belajar sembilan tahun yaitu dari Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Pertama , bahkan akan ditingkatkan menjadi dua belas tahun, ditambah dengan Sekolah Menengah Atas. Dari tahun ketahun selalu ada perbaikan dibidang pendidikan, dan hal terbaru yang dilakukan pemerintah adalah penambahan tahun untuk Pascasarjana(S2) yang semula hanya dua tahun kini menjadi empat tahun. Pendidikan sebenarnya sudah didapat sejak masih bayi dan bahkan akan terus berlangsung seumur hidup. Pendidikan di bangku sekolah dan bangku kuliah adalah pendidikan formal sedangkan pendidikan yang diperoleh diluar lembaga pendidikan adlah pendidikan informal. Pendidikan sekarang pun sudah sangat canggih bahkan pendidikan formal juga dapat ditempuh di rumah yang biasa dikenal dengan Home Schooling dan E-Learning. Namun hal ini hanya dilakukan oleh kalangan tertentu saja, di Indonesia biasanya pendidikan dengan tipe seperti ini dilakukan oleh anak-anak yang sibuk, mislanya para artis yang tidak memiliki waktu untuk menempuh sekolah formal seperti halnya anak-anak yang lain.  Lalu yang menjadi pertanyaan permasalahan apa yang terjadi di dunia pendidikan kita?.
Permasalahan pertama adalah perbedaan  keadaan sekolah kaya dan miskin. Keadaan sekolah bergengsi(kaya) tentu didukung  dengan kualitas yang sangat baik, mulai dari kualitas guru, bangunan dan dengan fasilitas yang sangat lengkap. Anak-anak yang mendapat pendidikan di tempat seperti ini akan cepat mengenal dan memahami teknologi yang sedang berkembang pesat di dunia. Anak-anak yang mampu masuk dalam sekolah adalah anak-anak yang kemampuan finansial kedua orang tuanya baik, Meski terkadang ada beberapa anak-anak dari golongan miskin yang bersekolah di sekolah yang bergengsi itupun karena beasiswa yang diberikan pemerintah karena prestasi yang diraih anak tersebut. Sekolah tidak segan memungut iuran yang tinggi menimbang keadaan ekonomi wali murid yang cukup baik, sehingga kemajuan yang ada tidak hanya dari bantuan pemerintah melainkan juga didukung dari biaya bulanan yang dikeluarkan siswa. Dengan adanya kemajuan dari sekolah tersebut, tentu anak-anak yang mendapat pendidikan disana akan lebih moderen dan lebih mudah dalam memehami perkembangan dunia melalui kecanggihan teknologi. Di sisi lain, sekolah yang kurang mampu hanya didukung dengan fasilitas secukupnya, dengan bangunan yang sederhana dan gaji untuk tenaga pengajarnya pun kecil. Anak-anak yang berada di dalamnya adalah anak-anak dari golongan tidak mampu. Kemajuan teknologinya pun lambat, karena sekolah hanya mengandalakan biaya dan bantuan pemerintah, untuk memungut iuran yang tinggi tentu sekolah tidak akan melakukannya karena sekolah pun mengetahui keadaan finansial wali muridnya.
 Terjadinya perbedaan ini disebabkan beberapa faktor, keadaan ekonomi dari masing-masing individu adalah faktor utama adanya perbedaan ini. Semua orang tua pasti menginginkan pendidikan yang terbaik untuk anak-anaknya, jika golongan kaya sangat mudah mendapatkan sekolah yang bergengsi karena kemampuan finansial yang dimilikinya akan tetapi golongan miskin walau menginginkan hal yang sama namun kemampuan finansial mereka tidak mencukupi. Faktor yang kedua adalah bantuan pemerintah tidak mencukupi kebutuhan dari sekolah tersebut. Solusi yang dapat ditempuh adalah bantuan pemerintah lebih banyak disalurkan ke sekolah yang kurang mampu, sehingga sekolah kurang mampu tidak jauh tertinggal dari sekolah yang bergengsi.
Permasalahan kedua adalah standar nilai masuk ke sekolah. Hal ini akan menjadikan anak-anak terbagi menjadi beberapa kelompok, yang pertama adalah anak-anak yang lulus karena memiliki nilai pas atau bahkan lebih dari standar yang ditetapkan oleh sekolah, yang kedua adalah anak-anak yang memiliki nilai yang cukup namun masih kurang sehingga tidak bisa masuk ke sekolah tersebut dan yang ketiga adalah anak-anak yang memiliki nilai yang jauh dari standar nilai yang ditetapkan oleh sekolah. Anak-anak yang  memiliki kemampuan akan masuk ke sekolah yang berkualitas, bertemu dengan anak-anak yang memiliki kwalitas sama, sedangkan anak-anak yang memiliki nilai yang cukup akan memilih sekolah yang tidak terlalu jauh kualitasnya dengan sekolah untuk anak-anak yang cerdas. Anak-anak golongan kedua akan bersaing dengan anak-anak yang memiliki standar yang sama pula, lalu bagaimana nasib anak-anak yang tidak memiliki nilai yang cukup untuk melanjutkan pendidikannya?.
Selain menggunakan standar nilai, untuk merekrut siswa baru, sekolah biasanya melakukan test pra sekolah. Apakah hal ini efektif?. Untuk sekolah hal ini memang efektif karena hanya anak-anak yang meraih nilai yang baik dan lulus menurut sekolah tersebut yang akan mendapat pendidikan disana. Dengan masuknya anak-anak yang berkualitas, akan sangat membantu meningkatkan popularitas sekolah, karena prestasinya juga akan meningkat. Namun apakah ini efektif untuk para siswa?. Bagi sebagian siswa hal ini tidak menjadi masalah karena mereka mampu melewatinya dan yang sebagian lagi akan merasa ragu apakah mereka mampu untuk melewati test tersebut. Dari hal ini timbul permasalahan apa yang akan dilakukan siswa yang tidak lulus dalam test pra sekolah jika semua sekolah menggunakan test pra sekolah?.
Anak-anak yang memiliki perekonomian rendah dan yang tidak memiliki nilai yang memasuki standar nilai serta anak-anak yang tidak lulus dalam test ada yang terus berusaha agar dapat melanjutkan pendidikannya, namun bagi yang putus asa, mereka akan menyerah dan memutuskan untuk bekerja, akan tetapi jika tidak mendapat pekerjaan, mereka akan berakhir dengan status pengangguran. Lalu apakah tujuan adanya pendidikan di negara ini, bukankah untuk mencerdaskan anak bangsa, mengurangi pengangguran dimasa muda, dan menciptakan generasi yang unggul dalam membangun negara?. Jika dalam memasuki dunia pendidikan saja sudah dipersulit dengan adanya biaya pendidikan yang mahal, dengan adanya standar nilai dan test dalam masuk sekolah?. Apakah itu mencerdaskan atau mencegah kecerdasan?. Jika anak-anak yang cerdas dan kaya akan mendapat pendidikan yang bagus dan akan semakin cerdas dalam mengembangkan kemampuannya, tapi bagaimana dengan anak-anak yang tidak memiliki kemampuan dalam hal itu, mereka akan semakin terpuruk, tertinggal dan bahkan tidak dapat membantu negaranya. Bagaimana bisa mereka membantu pembangunan negara jika dalam membangun diri mereka dengan mendapat pendidikan yang layak saja tidak bisa?.
Usaha pemerintah dalam membangun dunia pendidikan mungkin sudah maksimal, terutama dalam hal pendidikan untuk masyarakat kecil atau perekonomian yang rendah, akan tetapi apakah usaha yang dapat dilakukan pemerintah dalam mencegah penyulitan dalam masuk sekolah (standar nilai dan test pra masuk sekolah), hal ini bukanlah kewenangan pemerintah, namun ini merupakan kewenangan sekolah. Sekolah seharusnya menjadi wadah pengajaran yang  dapat menciptakan generasi unggul dan mengasah kemampuan siswa, tapi jika sekolah hanya mengembangkan anak-anak yang memang sudah cerdas, lalu dimana anak-anak yang memiliki kemampuan terbatas mengenyam pendidikannya, dimana mereka mengubah diri agar menjadi generasi yang diharapkan bangsa, dan dimana mereka mencerdaskan diri?.
Permasalahan selanjutnya adalah kurangnya pemahaman tentang tujuan dari pendidikan untuk dirinya sendiri. Apakah tujuan kita mengenyam pendidikan?, untuk mendapat pekerjaan,  sekedar mencari title (gelar) dan mendapat pekerjaan sesuai dengan title yang kita miliki?. Kalau hanya mencari kerja, orang yang tidak berpendidikanpun bisa mencari kerja, kalau hanya mencari gelar, tidak perlu berlama-lam di bangku kuliah, dan mendapat pekerjaan sesuai dengan title yang dimiliki, berapa banyak orang yang mampu bekerja sesuai dengan jurusan yang ditempuh selama kuliah?.
Tujuan mengenyam pendidikan bukan hanya untuk mencari kerja, mencari title dan mendapat pekerjaan yang sesuai dengan jurusan atau title yang kita punya. Tujuan pendidikan adalah menambah pengetahuan dan wawasan. Ketika orang yang memiliki pengetahuan berada dalam sebuah masyarakat, ia akan mampu menggerakkan masyarakat tersebut, jika tidak dianggap dalam masyarakat, setidaknya pengetahuan yang kita miliki berguan untuk individual tersebut. Jika kita mengenyam pendidikan dengan tujuan selain menambah pengetahuan dan wawasan, ketika tidak mendapatkan sesuatu tersebut, akan terasa rugi berlama-lama dalam dunia pendidikan, namun jika yang diiinginkan adalah mendapat pengetahuan dan wawasan, tidak akan terasa rugi berada dalam dunia pendidikan walaupun 16 tahun. Perbaikilah tujuan dalam mengenyam pendidikan sehingga tidak bertambah banyak pasien di rumah sakit jiwa dan orang yang berpendidikan tetap memiliki nilai plus di masyarakat dibandingkan dengan orang yang tidak berpendidikan.
Untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, yang mampu membangun negara dan memajukan bangsa, diperlukan adanya generasi yang unggul dan siap dalam melakukan tugas sebagai  setiap warga negara, untuk mewujudkan idaman negara tersebut, pendidikan sangat diperlukan. Kurangi atau bahkan hapuskan segala permasalahan yang terjadi di dalam dunia pendidikan sehingga semua warga negara mendapat pendidikan yang layak dan berkwalitas baik golongan kaya, miskin, cerdas atau pas-pasan, serta dari setiap individu dibutuhkan sebauh kesadaran dalam menentukan tujuan mengenyam pendidikan.

0 komentar:

Posting Komentar